Sabtu, 23 Juni 2012

Hymne Penghitam Langit Dan Prosa Tanpa Tuhan






Tanggal Peluncuran2003
Label:Harder Records

Sinopsis
Balcony :
Partitur amarah dan tawa lepas, komposisi dendam tertahan dan air mata serta hymne penghitam langit ini adalah dokumentasi kami selama hampir kurang lebih 2 tahun lebih sejak kami mendokumentasikan jurnal kehidupan personal kami lewat agenda Terkarbonasi. Kami tidak akan pernah bisa cukup berterimakasih khususnya sampai dirilisnya agenda baru kami ini. Bekerjasama dengan kolektif hiphop setan Homicide setidaknya telah membuka sudut pandang kami terhadap konsep musik Balcony yang tidak akan pernah bisa diam disitu saja. Mari kita nikmati mimpi buruk ini besaram - sama… semoga kita masih bisa menemukan secuil awan putih di balik langit hitam ini…

Homicide :
Ketika persahabatan mulai terasa terjalin, kami sering berandai kapan ia akan berakhir. Memang melelahkan untuk membayangkan suatu saat dimana sahabat - sahabat kami atau kami sendiri berubah sedemikian rupa sehingga persahabatan beringsut menjadi yang sesuatu yang sekedar’pernah’. Namun kenyataannya selalu saja seperti itu. Mungkin ini salah satu alasan mengapa terkadang rasanya ingin mendokumentasikan memori persahabatan yang pernah kami jalani dalam bentuk apapun, sesuatu yang menjadi salah satu latar belakang ‘split album’ ini.

Awalnya semua materi disini kami rencanakan untuk dikemas dalam bentuk mini album alias e.p., tentunya sebelum kawan-kawan di Balcony mengajak kami untuk membuat sebuah album patungan. Sejujurnya, sebuah kehormatan bagi kami untuk berbagi pita kaset bersama Balcony. Baik Balcony sebagai kolektif musisi handal, sebagai salah satu grup favorit kami, dan terlebih lagi; sebagai teman dekat, sebagai salah satu dari banyak sahabat dalam kehidupan kami yang pernah berbagi amarah, tawa dan menangis bersama. Semua yang suatu saat kami yakini akan menjadi sesuatu yang sekedar ‘pernah’ tadi.

Maka sebelum waktu itu datang, kami sangat berharap ‘split album’ ini dapat menjadi dokumentasi, setidaknya bagi kami. Sebelum satu persatu dari kami nanti berubah dimakan masa, kebosanan, dan aktivitas dunia modern berikut segala macam tetek bengek dan ‘efek samping’-nya, menjadi ‘dewasa’ dan membusuk. Karena memang tak ada jaminan bahwa hal itu dapat dihindari di kemudian hari. Agar suatu saat nanti kami dapat beromantisme bahwa pernah ada keceriaan ketika langit menjelaga, amarah ketika kepatuhan me-rezim, kebisingan ketika kesunyian membunuh, lantai dansa katarsis ketika ‘pembebasan’ menusuk dari belakang, pohon yang rindang untuk berteduh ketika surga terlalu indah dan neraka kalah memuakan, muara pelarian ketika tak lagi punya tenaga untuk menulis dan mulut terlalu lelah untuk menuturkan prosa-prosa pelipur.

 source: http://www.facebook.com/discography/album.php?aid=91612982059